Pura-pura Jadi si Bisu

Ternyata, seorang Thalib masih ”pantas” berperan menjadi orang bisu. Ceritanya, waktu itu Thalib dan seorang teman seniman sedang berada di Jakarta. Keduanya hendak naik bus kota. Iseng-iseng Thalib menyombongkan diri pada temannya itu. ”Saya kalau naik bus kota itu bisa gratis, lihat saja nanti.” Temannya tidak yakin, dan Thalib hanya memberi syarat tegas, ”asal kamu jangan komentar satu katapun.” Read the rest of this entry »

Diusir di Pabrik Kapur

Ketika sedang asyik melukis obyek pabrik kapur di suatu daerah, tahu-tahu seorang lelaki berbadan kekar mengendarai sepeda motor, berhenti persis di depannya.

”Sebentar, kamu tahu pabrik itu ada yang punya.”

”Ya tahu, wong langit saja juga ada yang punya kok.”

”Kamu tahu kalau menggambar itu ada ijinnya.”

”Ijin sama siapa?”

”Ya sama yang punya…”

Jengkel dengan gayanya yang mentang-mentang, Thalib langsung berdiri dan balik menggertak:

”Kamu tahu pangkatku?” Read the rest of this entry »

Menyentuh si Cantik

Bersama dengan teman-temannya, Thalib sedang berada dalam satu mobil yang hendak mengisi BBM di SPBU. Kebetulan, ada seorang wanita cantik, mengenakan rok agak pendek, memamerkan betisnya yang mulus. Dasar iseng, seorang temannya yang juga pelukis, bermaksud menggoda Thalib.

”Ayo Pak, kalau sampeyan berani menyentuh betis wanita itu saya beri uang.” Read the rest of this entry »

Anekdot: Iso-iso ae….

Bercerita tentang M. Thalib, tak bisa dilepaskan dari koleksi anekdotnya yang melimpah. Bukan hanya cerita-cerita lucu yang imajinatif, namun berupa pengalamannya sendiri ketika berinteraksi dengan kalangan seniman teman-temanya. Dalam pembicaraan santai, tak jarang Thalib lantas mengudar koleksi anekdotnya yang rasanya tak pernah kering itu. Diantara sekian banyak cerita lucunya itu, berikut ini adalah beberapa contoh anekdotnya. Read the rest of this entry »

Imajinasi Orang Tak Berduit

Dalam sebuah perbincangan dengan beberapa teman pelukis, salah seorang berkata: ”Kalau saya punya uang satu milyar rupiah, coba tebak, akan saya gunakan apa? Kalau bisa nebak, saya beri hadiah separuhnya.” Tak ada yang bisa menjawab. Kemudian teman tadi menjawab pertanyaannya sendiri:

Katanya, “Saya akan mendatangi penjaga palang pintu kereta api, saya berikan uang tabungan Rp 100 juta, saya belikan dia rumah, saya hanya minta supaya palang pintu itu ditutup. Biar jalanan macet, dan orang-orang ribut. Ketika itulah saya akan berjalan pelan-pelan di rel KA, setelah itu palang pintu itu baru boleh dibuka. Read the rest of this entry »